
Serangan Denial of Service (DOS) adalah serangan jaringan yang dilakukan secara jahat, di mana penyerang membanjiri sistem target dengan permintaan atau data dalam jumlah besar sehingga menguras sumber daya komputasi dan membuat sistem tersebut tidak mampu melayani pengguna yang sah. Dalam industri blockchain dan cryptocurrency, serangan DOS sangat berbahaya karena dapat menyebabkan node offline, memperlambat proses transaksi, atau bahkan melumpuhkan seluruh jaringan secara sementara, sehingga mengganggu ketersediaan dan keandalan sistem terdesentralisasi.
Konsep serangan Denial of Service sudah ada sejak awal perkembangan internet, namun mulai mendapatkan perhatian luas pada akhir 1990-an. Saat itu, internet berkembang pesat, tetapi kesadaran akan keamanan jaringan dan mekanisme pertahanannya masih belum matang. Seiring waktu, serangan DOS berkembang dari serangan satu sumber yang sederhana menjadi Distributed Denial of Service (DDoS) yang lebih kompleks.
Dengan kemunculan teknologi blockchain, para penyerang menemukan target baru. Karena jaringan blockchain bersifat terdesentralisasi dan sangat bergantung pada komunikasi antar node untuk mencapai konsensus, jaringan ini sangat rentan terhadap serangan DOS. Contohnya, pada tahun 2016, jaringan Ethereum mengalami serangan DOS di mana penyerang memanfaatkan biaya gas yang rendah pada beberapa opcode untuk mengirim sejumlah besar transaksi yang membutuhkan komputasi berat namun murah dijalankan, sehingga menyebabkan kemacetan jaringan. Komunitas Ethereum terdorong untuk melakukan hard fork dengan menyesuaikan biaya gas pada opcode terkait sebagai langkah pertahanan.
Serangan DOS pada jaringan blockchain beroperasi melalui beberapa mekanisme berikut:
Serangan pengurasan sumber daya: Penyerang mengirimkan permintaan dalam jumlah sangat besar untuk menghabiskan CPU, memori, atau bandwidth node sehingga node tidak dapat memproses transaksi yang sah.
Eksploitasi kerentanan protokol: Penyerang mencari dan memanfaatkan kelemahan pada protokol blockchain, misalnya dengan mengirimkan transaksi valid yang diformat secara khusus dan memerlukan sumber daya besar namun hanya membayar biaya minimal.
Serangan pemisahan jaringan: Dengan menargetkan node penting atau infrastruktur jaringan, penyerang berupaya memisahkan jaringan blockchain menjadi bagian-bagian yang terisolasi sehingga komunikasi antar node terputus.
Pembanjiran transaksi: Penyerang menyiarkan banyak transaksi bernilai rendah namun valid ke dalam jaringan, memenuhi ruang blok, menghambat konfirmasi transaksi pengguna sah, atau menyebabkan lonjakan biaya transaksi.
Pada blockchain publik, serangan-serangan ini sangat berbahaya karena siapa saja dapat berpartisipasi dalam jaringan dan mengirimkan transaksi tanpa ada otoritas pusat yang dapat langsung memblokir aktivitas berbahaya.
Serangan DOS menghadirkan sejumlah tantangan bagi ekosistem blockchain dan cryptocurrency:
Risiko keamanan:
Konsekuensi ekonomi:
Tantangan teknis:
Isu regulasi:
Seiring nilai cryptocurrency meningkat dan adopsi blockchain semakin luas, motivasi dan frekuensi serangan DOS juga bertambah, menjadikannya tantangan yang terus berlanjut bagi industri.
Serangan Denial of Service menjadi ancaman signifikan bagi jaringan blockchain karena secara langsung mengganggu nilai utama yaitu ketersediaan dan keandalan. Ketika teknologi blockchain semakin diintegrasikan ke dalam infrastruktur keuangan dan aplikasi bisnis kritikal, kemampuan untuk bertahan dari serangan DOS menjadi indikator utama dalam menilai keamanan dan keandalan suatu proyek blockchain. Strategi pertahanan biasanya menggabungkan perbaikan teknis (seperti optimalisasi algoritma konsensus, penyesuaian harga sumber daya), perlindungan pada lapisan jaringan, serta perancangan ulang insentif ekonomi untuk membangun sistem terdesentralisasi yang lebih tangguh. Bagi pengguna serta investor institusional, pemahaman atas kemampuan pertahanan suatu proyek terhadap serangan DOS menjadi semakin penting dan merupakan faktor krusial dalam proses evaluasi proyek.


