
EdDSA (Edwards-curve Digital Signature Algorithm) merupakan skema tanda tangan digital mutakhir berbasis kriptografi kurva eliptik yang dikembangkan oleh kriptografer Daniel J. Bernstein bersama timnya dan pertama kali diperkenalkan pada tahun 2011. Algoritma ini menawarkan performa luar biasa serta potensi ketahanan terhadap serangan komputasi kuantum, sekaligus memastikan tingkat keamanan yang tinggi. Dibandingkan algoritma tanda tangan konvensional, EdDSA telah mendapatkan adopsi luas di sektor blockchain, mata uang kripto, serta verifikasi identitas terdesentralisasi, dengan varian Ed25519 yang sangat diminati karena efisiensi implementasinya.
EdDSA berakar dari pertimbangan Daniel J. Bernstein terkait aspek keamanan dan efisiensi algoritma tanda tangan digital yang sudah ada. Algoritma ini menggunakan kurva Edwards, yaitu jenis khusus dari kurva eliptik yang menawarkan bentuk matematis lebih sederhana dan operasi titik yang lebih efisien. EdDSA memadukan konsep dasar tanda tangan Schnorr dengan kebutuhan keamanan kriptografi modern, dan dirancang secara teliti guna mengatasi sejumlah potensi kerentanan serta kendala implementasi pada Elliptic Curve Digital Signature Algorithm (ECDSA) tradisional. Hal yang patut digarisbawahi, EdDSA sejak awal telah dirancang untuk tahan terhadap serangan side-channel, sehingga keamanannya lebih terjamin dalam implementasi nyata.
Prinsip kerja EdDSA didasarkan pada pembangkitan bilangan acak deterministik serta penerapan fungsi hash tahan tumbukan. Proses penandatanganan meliputi empat tahap utama: derivasi kunci, praproses pesan, operasi titik pada kurva, serta pembentukan tanda tangan. Pertama, pasangan kunci tanda tangan dihasilkan dari kunci privat menggunakan fungsi hash; berikutnya, pesan diproses dengan fungsi hash; setelah itu, dilakukan operasi perkalian titik pada kurva eliptik; terakhir, dihasilkan tanda tangan yang terdiri atas dua komponen. Desain ini membuat proses penandatanganan EdDSA sepenuhnya deterministik—pesan dan kunci privat yang sama akan selalu menghasilkan tanda tangan identik—sehingga menutup risiko kebocoran kunci privat akibat kesalahan pembangkitan bilangan acak pada ECDSA. EdDSA juga menggunakan penggunaan fungsi hash untuk proses verifikasi tanda tangan, yang secara signifikan meningkatkan efisiensi verifikasi dan menjadi nilai tambah utama pada aplikasi blockchain yang memerlukan verifikasi tanda tangan berulang.
Meski memiliki banyak keunggulan, EdDSA tetap menghadapi sejumlah tantangan pada penerapan praktis. Pertama, kemajuan teknologi komputasi kuantum dapat mengancam seluruh algoritma kriptografi berbasis kurva eliptik, termasuk EdDSA. Kedua, masalah interoperabilitas antar versi implementasi berbeda menuntut perhatian khusus. Ketiga, dalam aplikasi tertentu, sifat deterministik EdDSA dapat menimbulkan konsekuensi ganda, sebab tanda tangan lebih mudah diidentifikasi dan dilacak. Selanjutnya, meskipun EdDSA telah diadopsi secara luas, sertifikasi kepatuhannya di beberapa yurisdiksi masih perlu penyempurnaan lebih lanjut. Implementasi EdDSA untuk aplikasi lintas platform maupun integrasi dengan hardware security module juga membutuhkan upaya rekayasa tambahan.
EdDSA mencerminkan lompatan besar dalam pengembangan algoritma tanda tangan digital modern. Keseimbangan antara aspek keamanan, efisiensi, dan penerapan praktis menjadikannya pilihan utama di sektor teknologi blockchain maupun identitas digital. Seiring bertumbuhnya ekosistem Web3 dan aplikasi terdesentralisasi, peran EdDSA dalam menjamin keaslian sekaligus integritas interaksi digital akan semakin vital. Para kriptografer dan pengembang terus mengembangkan implementasi serta aplikasi EdDSA, termasuk melalui penerapan teknologi kriptografi lanjutan seperti zero-knowledge proof, untuk menghadapi tantangan keamanan di masa mendatang.


