
Rekursi merupakan teknik desain algoritma yang sangat umum digunakan dalam ilmu komputer dan teknologi blockchain, ditandai dengan adanya fungsi atau proses yang memanggil dirinya sendiri untuk menyelesaikan suatu masalah. Dalam dunia blockchain, rekursi digunakan pada eksekusi smart contract, operasi struktur data, serta algoritma konsensus jaringan, sehingga mampu menghadirkan solusi yang elegan dan efisien bagi persoalan yang kompleks.
Konsep rekursi berakar pada teori fundamental matematika dan ilmu komputer. Rekursi didasarkan pada pemikiran bahwa masalah yang kompleks dapat dipecah menjadi sub-masalah serupa namun lebih sederhana, hingga mencapai kasus dasar yang bisa diselesaikan secara langsung. Dalam konteks teknologi blockchain, penerapan rekursi skala besar pertama kali muncul pada algoritma Proof-of-Work Bitcoin, dimana para penambang secara terus-menerus mencoba berbagai nonce untuk memecahkan teka-teki hash—sebuah proses pencarian secara rekursif. Seiring munculnya Ethereum dan platform blockchain yang lebih maju, rekursi memperoleh aplikasi yang jauh lebih luas, meliputi ekspresi logika smart contract, fungsi transisi status, hingga mekanisme validasi data.
Algoritma rekursif pada blockchain memiliki pola yang jelas. Pertama, algoritma akan menentukan kondisi dasar (kondisi berhenti) guna memastikan perhitungan pada akhirnya akan selesai; kedua, setiap pemanggilan rekursif akan memecah masalah menjadi sub-masalah yang lebih sederhana. Contohnya, pada proses verifikasi pohon Merkle di Ethereum, rekursi digunakan untuk memeriksa apakah suatu transaksi tercatat dalam blok tertentu: fungsi verifikasi dimulai dari simpul akar dan secara rekursif memeriksa setiap tingkat nilai hash sampai menemukan transaksi yang dicari atau memastikan ketidakhadirannya. Pada sistem zero-knowledge proof seperti zk-SNARKs dan zk-STARKs, pembuktian rekursif memungkinkan verifikator memastikan kebenaran perhitungan berskala besar tanpa harus mengetahui seluruh detailnya, yang sangat penting demi skalabilitas dan perlindungan privasi di blockchain.
Namun, penggunaan rekursi dalam aplikasi blockchain juga menghadapi tantangan besar. Tantangan utama adalah konsumsi sumber daya: pemanggilan rekursif dapat menyerap banyak memori dan daya komputasi, sehingga berpotensi meningkatkan biaya gas atau menyebabkan waktu eksekusi yang lama pada lingkungan blockchain. Ethereum pernah menghadapi krisis keamanan besar akibat kerentanan rekursi pada smart contract, yaitu serangan DAO yang terkenal. Selain itu, kompleksitas logika rekursif membuat proses audit keamanan kode menjadi lebih sulit, dan dapat membuka peluang terjadinya celah keamanan. Untuk mengurangi risiko tersebut, banyak platform blockchain kini menerapkan batas kedalaman rekursif, mekanisme biaya gas, hingga alat verifikasi formal demi menjamin keamanan serta efisiensi aplikasi rekursif.
Sebagai paradigma komputasi yang tangguh, rekursi memiliki pengaruh signifikan terhadap perkembangan teknologi blockchain. Rekursi tidak hanya menyederhanakan implementasi algoritma yang rumit, tetapi juga menawarkan solusi inovatif untuk skalabilitas, keamanan, dan perlindungan privasi di dunia blockchain. Dengan semakin berkembangnya teknologi seperti zero-knowledge recursive proof, rekursi akan terus menjadi fondasi penting bagi peningkatan skalabilitas dan interoperabilitas blockchain, mendorong industri ke arah yang lebih efisien dan aman.


