
Throughput adalah metrik yang mengukur kapasitas pemrosesan transaksi sebuah jaringan blockchain, biasanya dinyatakan dalam transaksi per detik (TPS). Sebagai salah satu indikator utama performa sistem blockchain, throughput memiliki dampak langsung terhadap pengalaman pengguna, kesesuaian aplikasi, dan efisiensi jaringan secara keseluruhan. Selama evolusi cryptocurrency dan teknologi blockchain, peningkatan throughput telah menjadi pendorong utama inovasi teknis, khususnya bagi proyek yang menargetkan adopsi komersial berskala besar.
Konsep throughput berakar pada bidang ilmu komputer dan rekayasa jaringan tradisional, yang digunakan untuk mengukur jumlah pekerjaan yang dapat diproses suatu sistem dalam periode waktu tertentu. Sejak kemunculan teknologi blockchain, throughput berkembang menjadi metrik inti dalam evaluasi performa jaringan blockchain, terutama ketika blockchain awal seperti Bitcoin menghadapi tantangan skalabilitas yang signifikan.
Throughput jaringan Bitcoin berkisar sekitar 7 TPS, sedangkan Ethereum mampu menangani 15–30 TPS, jauh di bawah sistem keuangan tradisional seperti Visa (yang mampu memproses lebih dari 24.000 TPS). Keterbatasan performa ini mendorong lahirnya berbagai solusi teknis untuk meningkatkan throughput blockchain, termasuk modifikasi mekanisme konsensus, penerapan teknik sharding, dan pengembangan solusi skala di luar rantai (off-chain).
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak proyek blockchain generasi baru seperti Solana dan Avalanche menempatkan throughput tinggi sebagai keunggulan kompetitif utama, berupaya mengatasi masalah skalabilitas melalui desain arsitektur inovatif dan peningkatan algoritma.
Throughput blockchain dipengaruhi oleh sejumlah faktor utama:
Ukuran blok: Blok yang lebih besar dapat menampung lebih banyak transaksi, tetapi meningkatkan waktu propagasi jaringan dan kebutuhan penyimpanan data.
Waktu blok: Produksi blok yang lebih cepat dapat meningkatkan throughput, namun berpotensi meningkatkan risiko percabangan.
Mekanisme konsensus: Proof of Stake (PoS) dan mekanisme serupa umumnya menawarkan throughput yang lebih tinggi dibandingkan Proof of Work (PoW).
Konektivitas jaringan: Latensi antar node membatasi kecepatan penyebaran informasi, yang berdampak pada throughput.
Efisiensi verifikasi transaksi: Optimalisasi algoritma validasi dapat mempercepat pemrosesan transaksi.
Beberapa pendekatan teknis utama dalam meningkatkan throughput meliputi:
Skala di dalam rantai (on-chain): Meningkatkan ukuran blok, mempercepat produksi blok, serta mengoptimalkan algoritma konsensus.
Sharding: Membagi jaringan menjadi beberapa subjaringan yang memproses transaksi secara paralel.
Solusi Layer 2: Jaringan Lightning, sidechain, saluran status, dan sebagainya, yang memindahkan sebagian pemrosesan transaksi dari rantai utama.
Protokol cross-chain: Memungkinkan berbagai jaringan blockchain bekerja sama dan berbagi beban transaksi.
Tantangan utama dalam mengupayakan throughput tinggi:
Trade-off desentralisasi dan keamanan: Solusi throughput tinggi sering kali membutuhkan pengorbanan tingkat desentralisasi atau keamanan tertentu, sehingga memunculkan trilema blockchain.
Peningkatan kebutuhan perangkat keras: Sistem throughput tinggi mungkin memerlukan perangkat node yang lebih canggih, sehingga meningkatkan hambatan partisipasi jaringan.
Tekanan penyimpanan data: Pemrosesan transaksi dalam jumlah besar membuat pertumbuhan data blockchain lebih cepat, sehingga pemeliharaan node penuh menjadi lebih menantang.
Risiko kemacetan jaringan: Meski desain throughput tinggi diterapkan, lonjakan transaksi yang tiba-tiba tetap bisa menyebabkan kemacetan jaringan.
Isu keberlanjutan: Sebagian solusi throughput tinggi mungkin mengandalkan komponen terpusat atau kompromi sementara yang tidak berkelanjutan untuk jangka panjang.
Kompleksitas protokol: Solusi teknis untuk meningkatkan throughput kerap menambah kompleksitas sistem, sehingga berpotensi menghadirkan celah keamanan baru.
Kebutuhan throughput sangat bergantung pada kasus penggunaan—sistem pembayaran membutuhkan throughput tinggi, sedangkan aplikasi penyimpanan nilai atau yang sangat sensitif terhadap keamanan cenderung memprioritaskan aspek keamanan dibandingkan throughput.
Teknologi blockchain masih menghadapi kendala utama throughput dalam upaya mencapai adopsi massal. Seiring perkembangan teknologi, solusi inovatif terus dikembangkan untuk melampaui batas performa blockchain tradisional. Pengembang harus menyeimbangkan keamanan, desentralisasi, dan performa secara cermat dalam proses ini. Throughput tinggi sangat penting agar blockchain mampu menjalankan aplikasi komersial berskala besar, tetapi solusi akhirnya kemungkinan merupakan kombinasi teknologi yang disesuaikan dengan kasus penggunaan spesifik, bukan satu pendekatan teknis tunggal.


