GDP di blockchain, apakah para ekonom harus belajar Solidity? Dunia akademis pasti akan heboh—data GDP yang terhubung ke blockchain berarti para ekonom tidak hanya harus melihat data, tetapi juga harus memahami logika blockchain. Di masa depan, saat rapat membahas GDP, tidak hanya ada pertanyaan "berapa tingkat pertumbuhannya", tetapi juga akan muncul pertanyaan seperti "menggunakan rantai mana, apakah biaya Gasnya tinggi?" Kedengarannya tidak masuk akal, tetapi tren ini memang begitu ajaib. Inti dari blockchain adalah transparansi dan keterlacakan, dan data GDP yang terhubung ke blockchain sama artinya dengan memberikan dunia sebuah "dashboard ekonomi real-time."
Masalahnya adalah: para ekonom terbiasa dengan rumus Excel, sekarang harus belajar Solidity untuk menulis kontrak pintar, transisi ini lebih sulit daripada ketika Nokia belajar Android. Dalam jangka panjang, ini mungkin akan mendorong integrasi yang lebih dalam antara ekonomi dan teknologi blockchain, tetapi dalam jangka pendek, mungkin hanya akan menambah banyak "pemain desa pemula blockchain" di kalangan akademis.
Ulasan dalam satu kalimat: Di masa depan, referensi untuk penulisan paper mungkin langsung berupa hash di blockchain.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
#打榜优质内容#
GDP di blockchain, apakah para ekonom harus belajar Solidity?
Dunia akademis pasti akan heboh—data GDP yang terhubung ke blockchain berarti para ekonom tidak hanya harus melihat data, tetapi juga harus memahami logika blockchain. Di masa depan, saat rapat membahas GDP, tidak hanya ada pertanyaan "berapa tingkat pertumbuhannya", tetapi juga akan muncul pertanyaan seperti "menggunakan rantai mana, apakah biaya Gasnya tinggi?" Kedengarannya tidak masuk akal, tetapi tren ini memang begitu ajaib. Inti dari blockchain adalah transparansi dan keterlacakan, dan data GDP yang terhubung ke blockchain sama artinya dengan memberikan dunia sebuah "dashboard ekonomi real-time."
Masalahnya adalah: para ekonom terbiasa dengan rumus Excel, sekarang harus belajar Solidity untuk menulis kontrak pintar, transisi ini lebih sulit daripada ketika Nokia belajar Android. Dalam jangka panjang, ini mungkin akan mendorong integrasi yang lebih dalam antara ekonomi dan teknologi blockchain, tetapi dalam jangka pendek, mungkin hanya akan menambah banyak "pemain desa pemula blockchain" di kalangan akademis.
Ulasan dalam satu kalimat: Di masa depan, referensi untuk penulisan paper mungkin langsung berupa hash di blockchain.