Mekanisme partisipasi yang melibatkan banyak faksi dan mempertimbangkan berbagai kepentingan seringkali berkepanjangan dan rentan untuk terhenti.
Misalnya, di beberapa negara Barat, proses legislatif yang rumit dan penuh konflik antar kelompok dapat menghambat pelaksanaan langkah-langkah mendesak.
Dominasi mayoritas:
Sistem yang berbasis pada suara mayoritas dapat mengabaikan kekhawatiran dan perspektif dari sektor minoritas. Ini bisa mengarah pada hegemoni kelompok mayoritas.
Terdapat keprihatinan di beberapa negara bahwa kebijakan imigrasi yang restriktif dan diskriminatif terhadap minoritas merupakan akibat dari dominasi kelompok mayoritas.
Kerentanan terhadap populisme dan retorika demagogik:
Model pemerintahan ini dapat dimanipulasi oleh tokoh karismatik yang memanfaatkan perasaan populis dan demagogi untuk mendapatkan kekuasaan, meskipun tindakan mereka merusak prinsip-prinsip dasar sistem. Di Eropa Tengah, misalnya, beberapa pemimpin telah berhasil mengkonsolidasikan otoritas mereka melalui pidato nasionalis dan anti-imigrasi yang telah mempolar masyarakat.
Persyaratan tinggi dan kedewasaan sipil:
Implementasi yang efektif dari sistem ini memerlukan infrastruktur yang kuat, pelatihan kewarganegaraan yang memadai, dan budaya partisipasi warga. Ini melibatkan biaya yang signifikan dan proses pengembangan yang panjang. Banyak negara yang muncul dari rezim otoriter menghadapi tantangan untuk membangun institusi partisipatif dan mendorong budaya politik yang matang.
Hambatan dalam situasi kritis:
Dalam konteks krisis yang membutuhkan pengambilan keputusan yang cepat dan tegas, model pemerintahan ini sering kali dianggap lambat dan tidak efisien. Hal ini dapat menimbulkan tuntutan untuk membatasi kebebasan dan konsentrasi kekuasaan. Selama krisis kesehatan global yang baru-baru ini terjadi, berbagai negara terpaksa mengadopsi langkah-langkah pembatasan kebebasan dan mobilitas untuk menahan penyebaran virus.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Kompleksitas dan penundaan dalam adopsi kebijakan
Mekanisme partisipasi yang melibatkan banyak faksi dan mempertimbangkan berbagai kepentingan seringkali berkepanjangan dan rentan untuk terhenti.
Misalnya, di beberapa negara Barat, proses legislatif yang rumit dan penuh konflik antar kelompok dapat menghambat pelaksanaan langkah-langkah mendesak.
Dominasi mayoritas:
Sistem yang berbasis pada suara mayoritas dapat mengabaikan kekhawatiran dan perspektif dari sektor minoritas. Ini bisa mengarah pada hegemoni kelompok mayoritas.
Terdapat keprihatinan di beberapa negara bahwa kebijakan imigrasi yang restriktif dan diskriminatif terhadap minoritas merupakan akibat dari dominasi kelompok mayoritas.
Kerentanan terhadap populisme dan retorika demagogik:
Model pemerintahan ini dapat dimanipulasi oleh tokoh karismatik yang memanfaatkan perasaan populis dan demagogi untuk mendapatkan kekuasaan, meskipun tindakan mereka merusak prinsip-prinsip dasar sistem. Di Eropa Tengah, misalnya, beberapa pemimpin telah berhasil mengkonsolidasikan otoritas mereka melalui pidato nasionalis dan anti-imigrasi yang telah mempolar masyarakat.
Persyaratan tinggi dan kedewasaan sipil:
Implementasi yang efektif dari sistem ini memerlukan infrastruktur yang kuat, pelatihan kewarganegaraan yang memadai, dan budaya partisipasi warga. Ini melibatkan biaya yang signifikan dan proses pengembangan yang panjang. Banyak negara yang muncul dari rezim otoriter menghadapi tantangan untuk membangun institusi partisipatif dan mendorong budaya politik yang matang.
Hambatan dalam situasi kritis:
Dalam konteks krisis yang membutuhkan pengambilan keputusan yang cepat dan tegas, model pemerintahan ini sering kali dianggap lambat dan tidak efisien. Hal ini dapat menimbulkan tuntutan untuk membatasi kebebasan dan konsentrasi kekuasaan. Selama krisis kesehatan global yang baru-baru ini terjadi, berbagai negara terpaksa mengadopsi langkah-langkah pembatasan kebebasan dan mobilitas untuk menahan penyebaran virus.