Rapat penetapan suku bunga kali ini, bagaimana pun dilihat, benar-benar seperti sandiwara perubahan wajah yang disutradarai dengan cermat. Jangan buru-buru keluarin duit buat beli di harga bawah, sebagai trader yang sudah melewati tiga siklus bull-bear dan masih punya bekas luka dari kejatuhan tahun lalu, saya harus buka tabir ini—kalau tidak, minggu depan akunmu mungkin akan lebih hijau dari ekspresi pejabat The Fed.

Bagian paling absurd datang: para pengambil keputusan yang biasanya suka ngomong soal “ketahanan ekonomi”, kali ini malah sepakat bulat turunkan 25 basis poin. Yang lebih menarik lagi adalah perubahan di kata-katanya—biasanya masih basa-basi bilang “pasar tenaga kerja tetap seimbang”, sekarang langsung diganti jadi “pertumbuhan lapangan kerja melambat”. Ini mirip kayak pelatih gym tiba-tiba bilang mau diet, bukan basa-basi, tapi memang udah nggak kuat lagi.

Tapi ada logika yang nggak nyambung di sini: di satu sisi bilang mau longgarkan pasar lewat pemangkasan suku bunga, tapi di sisi lain tetap menekankan “tekanan inflasi belum hilang”. Intinya, tindakan ini kayak pakai selimut bulu angsa di musim panas—mau anget tapi takut kepanasan. Pemangkasan suku bunga itu intinya nambah likuiditas ke pasar, tapi kalau bom waktu inflasi belum dijinakkan, ibarat ngisi air ke panci bocor—airnya masuk, tapi pancinya sebentar lagi meledak.

Yang lebih dramatis lagi adalah perpecahan di dalam: kubu agresif pengen “langsung turunin 50 basis poin sekaligus”, kubu konservatif buru-buru geleng-geleng “pelan-pelan, jangan kebablasan”, akhirnya komprominya “tetap turunin tahun ini tapi kontrol ritmenya”. Situasinya persis kayak beberapa orang patungan pesen makanan, ada yang mau sashimi lobster, ada yang cuma pengen bubur polos, akhirnya biar semua setuju pesen ayam semur—