Sumber: Blockworks
Judul Asli: Privasi bukanlah hak ‘alami’ — itu adalah sebuah penemuan
Tautan Asli: https://blockworks.co/news/privacy-right-invention
“Adalah penting bagi perkembangan manusia bahwa kita menjalani sebagian besar kehidupan kita tanpa pengawasan.”
— Tiffany Jenkins
Asal Usul Arsitektur Privasi
Lorong adalah teknologi privasi pertama.
Pada tahun 1716, Duchess of Marlborough mempertanyakan seorang arsitek yang merancang Blenheim Palace tentang ruangan-ruangan yang panjang dan sempit dalam rencananya. Arsitek tersebut menjelaskan bahwa itu hanyalah “jalur” antara ruangan.
Seorang pembangun kontemporer lainnya mengartikan tujuan desain revolusioner ini: “Semua Ruangan di Rumah ini bersifat pribadi; yaitu, ada cara untuk masuk ke masing-masing tanpa melewati Ruangan lainnya.”
Ternyata, lorong menciptakan privasi.
Sebelum lorong ada, tidak ada ruang pribadi yang sepenuhnya terpisah. “Dunia luar dapat menyelidiki urusan siapa pun dan diharapkan untuk melakukannya. Rasa ingin tahu dan kepo diwajibkan.” Ini mulai berubah dengan Puritan, yang menegaskan bahwa masalah agama dan hati nurani adalah kebebasan pribadi yang menetapkan batasan pertama yang tidak dapat dilanggar oleh negara.
Revolusi Privasi Victoria
Setelah didirikan, zona non-interferensi ini berkembang menjadi definisi privasi ala Victoria yang melindungi kamar tidur, komunikasi, dan perdagangan.
Pada tahun 1844, zona privasi ini diuji ketika pemerintah Inggris tertangkap tangan membuka surat-surat pengasingan politik Giuseppe Mazzini. Mazzini membuktikan pengawasan tersebut dengan meminta teman-temannya mengirimkan butiran pasir dan biji poppy kepadanya. Ketika surat-surat tiba dalam keadaan kosong—butiran pasir tersebut jatuh selama pemeriksaan yang canggung—pelanggaran ini memicu kemarahan nasional.
Thomas Carlyle menyebut membuka surat seorang pria sebagai “scoundrelism” yang setara dengan mencuri dompetnya. Yang paling mencolok, novel-novel Charles Dickens Bleak House dan Little Dorrit berpusat pada surat-surat yang dicuri yang mengancam untuk mengungkapkan hubungan keluarga dan transaksi ekonomi.
Kodifikasi Hukum di Amerika
Sementara orang Victoria menganggap privasi sebagai ideal budaya, Amerika Serikat adalah yang pertama mencoba menuliskannya ke dalam undang-undang.
Pada tahun 1890, Samuel Warren dan Louis Brandeis menerbitkan The Right to Privacy—sebuah artikel dasar yang berargumen untuk “hak untuk dibiarkan sendiri”. Namun, dalam penelitian mereka terhadap artikel tersebut, para pengacara mengamati sebuah celah yang mengejutkan: tidak ada penyebutan tentang privasi dalam Konstitusi, bahkan tidak dalam Amandemen.
Meskipun pengaruh artikel tersebut, keheningan konstitusi tentang privasi bertahan selama beberapa dekade. Pada tahun 1928, Mahkamah Agung mendukung penyadapan tanpa surat perintah dalam Olmstead v. the United States, memutuskan bahwa penyadapan tidak melanggar Amandemen Keempat.
Hakim Brandeis, menulis untuk empat orang yang tidak setuju, memperingatkan secara kenabian: “kemajuan ilmu pengetahuan dalam menyediakan Pemerintah dengan cara-cara untuk melakukan mata-mata tidak mungkin berhenti dengan penyadapan telepon. Cara-cara mungkin suatu saat akan dikembangkan di mana Pemerintah, tanpa mengeluarkan dokumen dari laci rahasia, dapat memperbanyaknya di pengadilan.”
Tepat itu yang telah terjadi.
Fondasi Konstitusi yang Rentan
Baru pada Griswold v Connecticut pada tahun 1965 Mahkamah Agung menegaskan hak konstitusi atas privasi—menggunakan logika kreatif. Hakim Douglas berpendapat bahwa jaminan spesifik dalam Bill of Rights memiliki “penumbras” yang, jika digabungkan, menghasilkan hak de facto atas privasi.
Pada tahun 1967, Katz v the United States memutuskan bahwa Amandemen Keempat melindungi tidak hanya tempat, tetapi juga orang. Pengadilan hanya mengharuskan pemerintah untuk memperoleh surat perintah untuk melakukan penyadapan.
Namun, putusan tersebut sebenarnya mengnormalisasi penyadapan sebagai alat penegakan hukum dan ketertiban. Melalui putusan-putusan selanjutnya, Mahkamah Agung mempersempit definisi pencarian yang dilarang sambil memperluas ruang lingkup pencarian dan surat perintah yang diizinkan. Perlindungan konstitusional terhadap privasi secara progresif tergerus.
Dengan pemerintah memberikan diri mereka kekuasaan subpoena yang luas, privasi bukan lagi pintu terkunci di ujung lorong—itu hanyalah persyaratan dokumen.
Membangun Privasi dengan Sengaja
Penting untuk memiliki ruang pribadi yang terlindungi dari pengawasan perusahaan, negara, dan publik—tempat di mana kita bisa sendirian. Namun sejarah menunjukkan bahwa, bertentangan dengan kepercayaan umum, “tidak ada yang 'alami' atau universal untuk memiliki kehidupan pribadi.”
Jadi jika kita menginginkan privasi di era pengawasan dan pengumpulan data, kita harus membangunnya secara sengaja.
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Privasi Bukan Hak Alami — Itu adalah Sebuah Invensi
Sumber: Blockworks Judul Asli: Privasi bukanlah hak ‘alami’ — itu adalah sebuah penemuan Tautan Asli: https://blockworks.co/news/privacy-right-invention “Adalah penting bagi perkembangan manusia bahwa kita menjalani sebagian besar kehidupan kita tanpa pengawasan.”
— Tiffany Jenkins
Asal Usul Arsitektur Privasi
Lorong adalah teknologi privasi pertama.
Pada tahun 1716, Duchess of Marlborough mempertanyakan seorang arsitek yang merancang Blenheim Palace tentang ruangan-ruangan yang panjang dan sempit dalam rencananya. Arsitek tersebut menjelaskan bahwa itu hanyalah “jalur” antara ruangan.
Seorang pembangun kontemporer lainnya mengartikan tujuan desain revolusioner ini: “Semua Ruangan di Rumah ini bersifat pribadi; yaitu, ada cara untuk masuk ke masing-masing tanpa melewati Ruangan lainnya.”
Ternyata, lorong menciptakan privasi.
Sebelum lorong ada, tidak ada ruang pribadi yang sepenuhnya terpisah. “Dunia luar dapat menyelidiki urusan siapa pun dan diharapkan untuk melakukannya. Rasa ingin tahu dan kepo diwajibkan.” Ini mulai berubah dengan Puritan, yang menegaskan bahwa masalah agama dan hati nurani adalah kebebasan pribadi yang menetapkan batasan pertama yang tidak dapat dilanggar oleh negara.
Revolusi Privasi Victoria
Setelah didirikan, zona non-interferensi ini berkembang menjadi definisi privasi ala Victoria yang melindungi kamar tidur, komunikasi, dan perdagangan.
Pada tahun 1844, zona privasi ini diuji ketika pemerintah Inggris tertangkap tangan membuka surat-surat pengasingan politik Giuseppe Mazzini. Mazzini membuktikan pengawasan tersebut dengan meminta teman-temannya mengirimkan butiran pasir dan biji poppy kepadanya. Ketika surat-surat tiba dalam keadaan kosong—butiran pasir tersebut jatuh selama pemeriksaan yang canggung—pelanggaran ini memicu kemarahan nasional.
Thomas Carlyle menyebut membuka surat seorang pria sebagai “scoundrelism” yang setara dengan mencuri dompetnya. Yang paling mencolok, novel-novel Charles Dickens Bleak House dan Little Dorrit berpusat pada surat-surat yang dicuri yang mengancam untuk mengungkapkan hubungan keluarga dan transaksi ekonomi.
Kodifikasi Hukum di Amerika
Sementara orang Victoria menganggap privasi sebagai ideal budaya, Amerika Serikat adalah yang pertama mencoba menuliskannya ke dalam undang-undang.
Pada tahun 1890, Samuel Warren dan Louis Brandeis menerbitkan The Right to Privacy—sebuah artikel dasar yang berargumen untuk “hak untuk dibiarkan sendiri”. Namun, dalam penelitian mereka terhadap artikel tersebut, para pengacara mengamati sebuah celah yang mengejutkan: tidak ada penyebutan tentang privasi dalam Konstitusi, bahkan tidak dalam Amandemen.
Meskipun pengaruh artikel tersebut, keheningan konstitusi tentang privasi bertahan selama beberapa dekade. Pada tahun 1928, Mahkamah Agung mendukung penyadapan tanpa surat perintah dalam Olmstead v. the United States, memutuskan bahwa penyadapan tidak melanggar Amandemen Keempat.
Hakim Brandeis, menulis untuk empat orang yang tidak setuju, memperingatkan secara kenabian: “kemajuan ilmu pengetahuan dalam menyediakan Pemerintah dengan cara-cara untuk melakukan mata-mata tidak mungkin berhenti dengan penyadapan telepon. Cara-cara mungkin suatu saat akan dikembangkan di mana Pemerintah, tanpa mengeluarkan dokumen dari laci rahasia, dapat memperbanyaknya di pengadilan.”
Tepat itu yang telah terjadi.
Fondasi Konstitusi yang Rentan
Baru pada Griswold v Connecticut pada tahun 1965 Mahkamah Agung menegaskan hak konstitusi atas privasi—menggunakan logika kreatif. Hakim Douglas berpendapat bahwa jaminan spesifik dalam Bill of Rights memiliki “penumbras” yang, jika digabungkan, menghasilkan hak de facto atas privasi.
Pada tahun 1967, Katz v the United States memutuskan bahwa Amandemen Keempat melindungi tidak hanya tempat, tetapi juga orang. Pengadilan hanya mengharuskan pemerintah untuk memperoleh surat perintah untuk melakukan penyadapan.
Namun, putusan tersebut sebenarnya mengnormalisasi penyadapan sebagai alat penegakan hukum dan ketertiban. Melalui putusan-putusan selanjutnya, Mahkamah Agung mempersempit definisi pencarian yang dilarang sambil memperluas ruang lingkup pencarian dan surat perintah yang diizinkan. Perlindungan konstitusional terhadap privasi secara progresif tergerus.
Dengan pemerintah memberikan diri mereka kekuasaan subpoena yang luas, privasi bukan lagi pintu terkunci di ujung lorong—itu hanyalah persyaratan dokumen.
Membangun Privasi dengan Sengaja
Penting untuk memiliki ruang pribadi yang terlindungi dari pengawasan perusahaan, negara, dan publik—tempat di mana kita bisa sendirian. Namun sejarah menunjukkan bahwa, bertentangan dengan kepercayaan umum, “tidak ada yang 'alami' atau universal untuk memiliki kehidupan pribadi.”
Jadi jika kita menginginkan privasi di era pengawasan dan pengumpulan data, kita harus membangunnya secara sengaja.