Dalam beberapa waktu terakhir, pasar emas sedang sangat panas. Harga emas perhiasan domestik menembus 1400 yuan/gram, emas spot yang dikonversi ke RMB juga melewati 1000 yuan/gram, dan emas spot di New York bahkan mencapai lebih dari 4400 dolar/ons, terus memecahkan rekor tertinggi sejarah. Setiap kali situasi seperti ini muncul, reaksi investor selalu sangat menarik—di satu sisi ada kecemasan "Ya ampun, naik lagi, harus ikut beli nggak ya?", dan di sisi lain ada kewaspadaan "Setinggi ini, harus hati-hati risiko-nya". Tampaknya ada dua pandangan yang bertarung, padahal sebenarnya ada satu pertanyaan yang sama di baliknya: Bagaimana sebaiknya mengatur alokasi emas ini?

Belakangan ini banyak orang bertanya tentang hal ini. Kamu akan melihat banyak investor sebenarnya sedang bergoyang-goyang antara "ingin mengalokasikan" dan "tak berani mengalokasikan", kondisi kontradiktif ini sangat nyata.

Dari sudut pandang alokasi aset, emas memang sangat penting, tapi kuncinya adalah memahami peran sebenarnya. Banyak orang menganggap mengalokasikan emas untuk mendapatkan keuntungan dan meningkatkan hasil, padahal itu tidak sepenuhnya benar. Misi utama emas dalam portofolio hanyalah satu: lindung nilai (hedging). Ketika saham, obligasi, dan aset tradisional lainnya berfluktuasi, emas sering bergerak berlawanan arah atau tetap stabil, sehingga kemampuan portofolio untuk tahan risiko meningkat. Nilai emas terletak pada stabilitasnya, bukan pertumbuhan.

Untuk memahami bagaimana mengalokasikan emas, pertama-tama harus paham bagaimana harga emas ditentukan.

**Logika Penetapan Harga Emas**

Pada dasarnya, emas adalah alat penyimpan kekayaan, tidak seperti saham atau obligasi yang menghasilkan arus kas. Emas tidak memiliki bunga, tidak membagikan dividen, nilainya lebih banyak bergantung pada penilaian ulang pasar terhadapnya—yaitu, berdasarkan kondisi makroekonomi yang berbeda, orang menilai kembali berapa harga emas yang wajar.

Dari sejarah, faktor utama yang mempengaruhi harga emas meliputi beberapa dimensi: pertama adalah kekuatan dolar AS. Ketika dolar menguat, harga emas biasanya ditekan; sebaliknya, jika dolar melemah atau ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve muncul, harga emas cenderung naik. Kedua adalah suku bunga riil. Ketika suku bunga nominal dikurangi tingkat inflasi menjadi negatif atau sangat rendah, biaya peluang memegang emas yang tidak menghasilkan bunga menjadi berkurang, sehingga emas menjadi lebih menarik. Selanjutnya adalah risiko geopolitik dan ekspektasi resesi ekonomi—semakin besar ketidakpastian, semakin orang cenderung memegang emas sebagai "aset perlindungan".

**Karakter Emas**

Kalau mau bilang apa karakteristik utama dari aset emas ini, adalah bahwa ia sangat "mandiri". Sebagian besar waktu, saat saham turun, emas malah naik, atau setidaknya tidak turun bersamaan. Hubungan berlawanan ini adalah nilai utama dari emas dalam portofolio. Tapi juga harus sadar satu hal: meskipun emas adalah aset lindung nilai, ia juga bisa mengalami penurunan. Secara historis, emas pernah jatuh dari puncaknya, dan kadang-kadang besar sekali penurunannya.

Dilihat dari jangka panjang, hasil investasi emas sebenarnya biasa saja. Fungsi utamanya memang "lindung nilai" dan "asuransi", bukan alat untuk "menghasilkan uang dari uang".

**Bagaimana Mengalokasikan Emas dalam Portofolio**

Pertanyaan utama: berapa banyak yang sebaiknya dialokasikan?

Tidak ada jawaban mutlak, tapi ada prinsip dasar. Jika portofolio kamu didominasi oleh aset ekuitas (saham, reksa dana, dll), mengalokasikan sekitar 5%-15% emas adalah praktik umum. Persentase ini tergantung pada toleransi risiko kamu. Semakin takut terhadap fluktuasi, semakin besar alokasinya; semakin mampu menanggung fluktuasi, proporsi emas bisa lebih kecil.

Juga penting diingat: jangan membeli emas saat harganya sedang tinggi. Saat emas mencapai rekor tertinggi, biasanya itu adalah posisi tertinggi, dan alokasi di saat itu justru paling tidak menarik. Sebaliknya, saat harga emas sedang koreksi dan relatif rendah, itulah saat yang lebih baik untuk mengalokasikan. Dibutuhkan sedikit kesabaran dan ketekunan.

Selain itu, cara mengalokasikan emas juga beragam. Bisa melalui emas fisik, ETF emas, reksa dana emas, dan lain-lain, masing-masing punya keunggulan dan kekurangan. ETF emas misalnya, likuiditasnya baik, biayanya relatif rendah, dan cukup praktis untuk investor umum.

Terakhir, satukan alokasi emas dengan rencana alokasi aset keseluruhan kamu. Emas bukanlah investasi yang berdiri sendiri, melainkan bagian dari portofolio. Periksa secara berkala dan sesuaikan secara moderat, jauh lebih andal daripada sekadar ikut-ikutan beli saat harga sedang tinggi.