Pasar nikel global sedang mengalami transformasi signifikan. Dengan permintaan baterai kendaraan listrik yang melonjak dan produksi baja tradisional yang tetap kuat, memahami di mana konsentrasi deposit nikel dunia menjadi sangat penting bagi para pelaku pasar. Berikut adalah rincian sembilan negara teratas yang menyimpan cadangan nikel yang substansial.
Gambaran Besar: 130 Juta Ton Metrik dan Terus Bertambah
Total cadangan nikel dunia melebihi 130 juta ton metrik (MT), dengan sembilan negara teratas mengendalikan lebih dari 90 persen dari pasokan ini. Negara-negara lainnya hanya menyumbang sekitar 9,1 juta MT. Konsentrasi ini berarti stabilitas geopolitik di sembilan wilayah ini secara langsung mempengaruhi harga dan ketersediaan nikel global.
1. Indonesia: Pusat Produksi
Cadangan: 55 juta ton metrik
Indonesia berdiri sendiri di puncak, menyimpan 55 juta MT nikel—menjadi cadangan terbesar secara global. Pertumbuhan produksinya luar biasa. Dari hanya 345.000 MT pada 2017, produksinya melonjak menjadi 1,8 juta MT tahun lalu. Negara ini melewati tonggak 1 juta MT hanya pada 2021, kemudian hampir menggandakan produksinya dalam dua tahun berikutnya.
Lonjakan ini mencerminkan dorongan strategis Indonesia untuk membangun rantai pasok baterai EV. Operasi Hengjaya dan Weda Bay menjadi tulang punggung ekspansi ini, dengan Weda Bay diakui sebagai kompleks penambangan nikel terbesar di dunia. Namun, ekspansi penambangan yang cepat menimbulkan kekhawatiran lingkungan, dengan laporan yang mengaitkan ekstraksi nikel intensif terhadap ancaman terhadap komunitas adat.
2. Australia: Posisi Kedua, Menghadapi Tantangan
Cadangan: 24 juta ton metrik
Australia menempati posisi kedua dengan cadangan 24 juta MT, namun secara paradoks berada di posisi keenam secara produksi (160.000 MT pada 2023). Kesenjangan ini mencerminkan pergeseran strategis: perusahaan tambang besar mulai menempatkan fasilitas mereka dalam mode pemeliharaan karena kelebihan pasokan dari pesaing Indonesia. Beberapa produsen utama mengurangi atau menghentikan operasi pada 2024, menandakan tekanan pasar terhadap produsen tradisional.
3. Brasil: Peningkatan Stabil
Cadangan: 16 juta ton metrik
Brasil menyimpan 16 juta MT cadangan nikel dan secara bertahap meningkatkan produksinya dari 76.100 MT (2021) menjadi 89.000 MT (2023). Perusahaan tambang besar yang beroperasi di negara ini memperluas kapasitas, dengan proyek baru yang menargetkan potensi 1,2 juta MT nikel terkandung. Brasil merupakan basis produksi yang lebih stabil dibandingkan jalur pertumbuhan volatil Indonesia.
4. Rusia: Produsen Strategis dengan Kendala Pasokan
Cadangan: 8,3 juta ton metrik
Rusia menguasai 8,3 juta MT cadangan nikel dan menempati posisi keempat secara global dalam produksi, meskipun outputnya menurun menjadi 200.000 MT tahun lalu dari 222.000 MT pada 2022. Negara ini menjadi tuan rumah salah satu operasi nikel terbesar di dunia, yang mengkhususkan diri dalam bentuk nikel yang penting untuk perdagangan komoditas global. Ketegangan geopolitik telah menimbulkan pertanyaan tentang keandalan rantai pasokan dari wilayah ini.
5. Kaledonia Baru: Pusat Regional
Cadangan: 7,1 juta ton metrik
Wilayah Pasifik Selatan ini menyimpan 7,1 juta MT dan menempati posisi ketiga secara produksi global dengan 230.000 MT pada 2023. Nikel menjadi tulang punggung ekonomi wilayah ini. Ketidakstabilan politik dan penghentian penambangan baru-baru ini menimbulkan kekhawatiran pasokan, menunjukkan bagaimana peristiwa politik dapat mengganggu pasar komoditas.
6. Filipina: Produksi Meningkat
Cadangan: 4,8 juta ton metrik
Filipina menyimpan 4,8 juta MT cadangan dan produksinya hampir dua kali lipat dari 345.000 MT (2021) menjadi 400.000 MT (2023). Perusahaan tambang lokal telah mengembangkan operasi terintegrasi dari ekstraksi bijih hingga pengolahan, menempatkan negara ini sebagai peserta yang berkembang dalam rantai pasok baterai.
7. China: Konsumen dan Produsen
Cadangan: 4,2 juta ton metrik
China menyimpan 4,2 juta MT meskipun menjadi konsumen nikel terbesar di dunia. Negara ini memproses 110.000 MT tahun lalu sementara mengkonsumsi sekitar 65 persen dari pasokan global—sebagian besar untuk produksi baja tahan karat. Dinamika ini menjadikan China sebagai penentu harga meskipun cadangan terbatas.
8. Kanada: Kualitas Lebih Utama dari Kuantitas
Cadangan: 2,2 juta ton metrik
Cadangan 2,2 juta MT Kanada mendukung produksi terbesar kelima secara global, mencapai 180.000 MT pada 2023. Beberapa operasi tambang besar mempertahankan standar produksi yang konsisten, dengan proyek bawah tanah baru dalam pengembangan.
9. Amerika Serikat: Pemain Minor
Cadangan: 340.000 ton metrik
AS hanya menyimpan 340.000 MT cadangan nikel dan memproduksi hanya 17.000 MT pada 2023, mengoperasikan satu tambang utama. Negara ini tetap sangat bergantung pada impor untuk kebutuhan nikel-nya.
Gambaran Rantai Pasok
Memahami cadangan nikel berdasarkan negara mengungkap dinamika pasar yang penting. Sementara Indonesia mendominasi kapasitas produksi, negara-negara lain menawarkan rantai pasok yang lebih stabil. Revolusi baterai EV telah memperkuat kompetisi untuk wilayah kaya cadangan, merombak ekonomi pertambangan tradisional dan hubungan geopolitik di ruang komoditas.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Pasokan Nikel Global: Negara Mana yang Menguasai Cadangan Dunia?
Pasar nikel global sedang mengalami transformasi signifikan. Dengan permintaan baterai kendaraan listrik yang melonjak dan produksi baja tradisional yang tetap kuat, memahami di mana konsentrasi deposit nikel dunia menjadi sangat penting bagi para pelaku pasar. Berikut adalah rincian sembilan negara teratas yang menyimpan cadangan nikel yang substansial.
Gambaran Besar: 130 Juta Ton Metrik dan Terus Bertambah
Total cadangan nikel dunia melebihi 130 juta ton metrik (MT), dengan sembilan negara teratas mengendalikan lebih dari 90 persen dari pasokan ini. Negara-negara lainnya hanya menyumbang sekitar 9,1 juta MT. Konsentrasi ini berarti stabilitas geopolitik di sembilan wilayah ini secara langsung mempengaruhi harga dan ketersediaan nikel global.
1. Indonesia: Pusat Produksi
Cadangan: 55 juta ton metrik
Indonesia berdiri sendiri di puncak, menyimpan 55 juta MT nikel—menjadi cadangan terbesar secara global. Pertumbuhan produksinya luar biasa. Dari hanya 345.000 MT pada 2017, produksinya melonjak menjadi 1,8 juta MT tahun lalu. Negara ini melewati tonggak 1 juta MT hanya pada 2021, kemudian hampir menggandakan produksinya dalam dua tahun berikutnya.
Lonjakan ini mencerminkan dorongan strategis Indonesia untuk membangun rantai pasok baterai EV. Operasi Hengjaya dan Weda Bay menjadi tulang punggung ekspansi ini, dengan Weda Bay diakui sebagai kompleks penambangan nikel terbesar di dunia. Namun, ekspansi penambangan yang cepat menimbulkan kekhawatiran lingkungan, dengan laporan yang mengaitkan ekstraksi nikel intensif terhadap ancaman terhadap komunitas adat.
2. Australia: Posisi Kedua, Menghadapi Tantangan
Cadangan: 24 juta ton metrik
Australia menempati posisi kedua dengan cadangan 24 juta MT, namun secara paradoks berada di posisi keenam secara produksi (160.000 MT pada 2023). Kesenjangan ini mencerminkan pergeseran strategis: perusahaan tambang besar mulai menempatkan fasilitas mereka dalam mode pemeliharaan karena kelebihan pasokan dari pesaing Indonesia. Beberapa produsen utama mengurangi atau menghentikan operasi pada 2024, menandakan tekanan pasar terhadap produsen tradisional.
3. Brasil: Peningkatan Stabil
Cadangan: 16 juta ton metrik
Brasil menyimpan 16 juta MT cadangan nikel dan secara bertahap meningkatkan produksinya dari 76.100 MT (2021) menjadi 89.000 MT (2023). Perusahaan tambang besar yang beroperasi di negara ini memperluas kapasitas, dengan proyek baru yang menargetkan potensi 1,2 juta MT nikel terkandung. Brasil merupakan basis produksi yang lebih stabil dibandingkan jalur pertumbuhan volatil Indonesia.
4. Rusia: Produsen Strategis dengan Kendala Pasokan
Cadangan: 8,3 juta ton metrik
Rusia menguasai 8,3 juta MT cadangan nikel dan menempati posisi keempat secara global dalam produksi, meskipun outputnya menurun menjadi 200.000 MT tahun lalu dari 222.000 MT pada 2022. Negara ini menjadi tuan rumah salah satu operasi nikel terbesar di dunia, yang mengkhususkan diri dalam bentuk nikel yang penting untuk perdagangan komoditas global. Ketegangan geopolitik telah menimbulkan pertanyaan tentang keandalan rantai pasokan dari wilayah ini.
5. Kaledonia Baru: Pusat Regional
Cadangan: 7,1 juta ton metrik
Wilayah Pasifik Selatan ini menyimpan 7,1 juta MT dan menempati posisi ketiga secara produksi global dengan 230.000 MT pada 2023. Nikel menjadi tulang punggung ekonomi wilayah ini. Ketidakstabilan politik dan penghentian penambangan baru-baru ini menimbulkan kekhawatiran pasokan, menunjukkan bagaimana peristiwa politik dapat mengganggu pasar komoditas.
6. Filipina: Produksi Meningkat
Cadangan: 4,8 juta ton metrik
Filipina menyimpan 4,8 juta MT cadangan dan produksinya hampir dua kali lipat dari 345.000 MT (2021) menjadi 400.000 MT (2023). Perusahaan tambang lokal telah mengembangkan operasi terintegrasi dari ekstraksi bijih hingga pengolahan, menempatkan negara ini sebagai peserta yang berkembang dalam rantai pasok baterai.
7. China: Konsumen dan Produsen
Cadangan: 4,2 juta ton metrik
China menyimpan 4,2 juta MT meskipun menjadi konsumen nikel terbesar di dunia. Negara ini memproses 110.000 MT tahun lalu sementara mengkonsumsi sekitar 65 persen dari pasokan global—sebagian besar untuk produksi baja tahan karat. Dinamika ini menjadikan China sebagai penentu harga meskipun cadangan terbatas.
8. Kanada: Kualitas Lebih Utama dari Kuantitas
Cadangan: 2,2 juta ton metrik
Cadangan 2,2 juta MT Kanada mendukung produksi terbesar kelima secara global, mencapai 180.000 MT pada 2023. Beberapa operasi tambang besar mempertahankan standar produksi yang konsisten, dengan proyek bawah tanah baru dalam pengembangan.
9. Amerika Serikat: Pemain Minor
Cadangan: 340.000 ton metrik
AS hanya menyimpan 340.000 MT cadangan nikel dan memproduksi hanya 17.000 MT pada 2023, mengoperasikan satu tambang utama. Negara ini tetap sangat bergantung pada impor untuk kebutuhan nikel-nya.
Gambaran Rantai Pasok
Memahami cadangan nikel berdasarkan negara mengungkap dinamika pasar yang penting. Sementara Indonesia mendominasi kapasitas produksi, negara-negara lain menawarkan rantai pasok yang lebih stabil. Revolusi baterai EV telah memperkuat kompetisi untuk wilayah kaya cadangan, merombak ekonomi pertambangan tradisional dan hubungan geopolitik di ruang komoditas.