Ekonomi AS sedang menampilkan tanda-tanda peringatan yang bisa mengindikasikan stagflasi—kombinasi menakutkan dari harga yang melambung tinggi, kehilangan pekerjaan, dan pertumbuhan yang terhenti secara bersamaan. Sementara lembaga keuangan arus utama telah memperdebatkan apakah stagflasi sudah tiba, para ekonom di seluruh spektrum semakin vokal tentang risiko yang akan datang. Untuk memahami ke mana kita menuju, ada baiknya melacak tiga indikator ekonomi penting yang memberi tahu kisah sebenarnya.
Inflasi Tetap Meningkat Secara Mengkhawatirkan
Mari mulai dengan titik nyeri yang paling terlihat: inflasi. Indeks Harga Konsumen (CPI) mengukur seberapa cepat harga barang dan jasa yang digunakan orang Amerika meningkat. Pada bulan Februari, pertumbuhan CPI tahun-ke-tahun mencapai hampir 8%—tingkat tertinggi dalam sekitar 40 tahun. Dalam periode tiga tahun, rata-rata kenaikan tahunan CPI adalah 4,3%.
Apa yang mendorong ini? Krisis geopolitik di Eropa Timur membuat pasar energi melonjak, dengan harga gas menjadi penyebab utama inflasi. Federal Reserve telah mulai menaikkan suku bunga acuannya dan memberi sinyal bahwa kenaikan lebih lanjut akan datang untuk melawan kenaikan harga. Pesannya jelas: inflasi nyata, terus-menerus, dan menjadi perhatian utama bagi pembuat kebijakan.
Ketenagakerjaan: Masih Kuat, tetapi Rentan
Gambaran ketenagakerjaan menyajikan narasi yang sangat berbeda—setidaknya untuk saat ini. Tingkat pengangguran, yang turun dari puncak pandemi mendekati 15% awal 2020, telah stabil di bawah 4% pada bulan Februari. Beberapa analis bahkan menyarankan bahwa ekonomi telah mencapai hampir penuh lapangan kerja, di mana sebagian besar pekerja yang mau bekerja sudah bekerja.
Namun, ketenangan ini jangan sampai membuat kita lengah. Ekonom terkemuka telah memperingatkan bahwa pengangguran rata-rata bisa melampaui 5% dalam beberapa tahun mendatang seiring memburuknya angin ekonomi. Pertumbuhan upah telah meningkat selama 12 bulan terakhir, meskipun kenaikan tersebut belum sejalan dengan inflasi—sebuah kekhawatiran nyata terhadap daya beli. Risiko tetap ada bahwa kekuatan pasar tenaga kerja bisa memburuk lebih cepat dari yang diperkirakan.
Pertumbuhan Ekonomi: Melambat di Bawah Tekanan
Leg ketiga dari bangku stagflasi adalah pertumbuhan ekonomi itu sendiri, yang paling baik diukur dari ekspansi PDB. Secara historis, ekonomi AS jarang mempertahankan pertumbuhan di atas 3% per tahun (apa pun di atas 3% dianggap sehat). Pandemi memberikan pukulan keras—kontraksi sebesar 3,4% pada 2020—diikuti oleh rebound tahunan yang kuat sebesar 5,7% pada 2021.
Namun, momentum mulai memudar. Perkiraan pertumbuhan untuk tahun ini telah dipangkas berulang kali, dengan Federal Reserve sekarang memproyeksikan ekspansi di bawah 3%. Meskipun ini bukan bencana mengingat rata-rata pertumbuhan AS selama 22 tahun terakhir hanya 1,8%, ini menandakan ekonomi yang kehilangan tenaga di saat yang salah.
Putusan Stagflasi: Belum, Tapi Risikonya Nyata
Gabungkan ketiga poin ini dan gambaran menjadi lebih jelas. Saat ini, tingkat pengangguran yang rendah dan pola pertumbuhan yang tidak pasti menunjukkan bahwa ekonomi belum sepenuhnya masuk ke wilayah stagflasi berdasarkan data terbaru. Tapi ini bisa berubah dengan cepat.
Kartu wild-nya adalah apakah Federal Reserve dapat melakukan “soft landing”—menaikkan suku bunga secara agresif cukup untuk menahan inflasi tanpa memicu resesi. Pengangguran bisa melonjak, perkiraan pertumbuhan bisa semakin melorot, atau inflasi bisa terbukti lebih keras kepala dari yang diperkirakan. Sebaliknya, kondisi ekonomi mungkin akan stabil lebih cepat dari yang diperkirakan para pesimis.
Intinya: ketiga metrik ini adalah jendela Anda untuk mengetahui apakah stagflasi akan menjadi kenyataan atau tetap menjadi ancaman yang tidak pernah benar-benar terwujud. Pantau terus mereka dengan saksama.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Sinyal Stagflasi: Tiga Metode Ekonomi Utama Apa yang Terungkap tentang Ekonomi AS
Ekonomi AS sedang menampilkan tanda-tanda peringatan yang bisa mengindikasikan stagflasi—kombinasi menakutkan dari harga yang melambung tinggi, kehilangan pekerjaan, dan pertumbuhan yang terhenti secara bersamaan. Sementara lembaga keuangan arus utama telah memperdebatkan apakah stagflasi sudah tiba, para ekonom di seluruh spektrum semakin vokal tentang risiko yang akan datang. Untuk memahami ke mana kita menuju, ada baiknya melacak tiga indikator ekonomi penting yang memberi tahu kisah sebenarnya.
Inflasi Tetap Meningkat Secara Mengkhawatirkan
Mari mulai dengan titik nyeri yang paling terlihat: inflasi. Indeks Harga Konsumen (CPI) mengukur seberapa cepat harga barang dan jasa yang digunakan orang Amerika meningkat. Pada bulan Februari, pertumbuhan CPI tahun-ke-tahun mencapai hampir 8%—tingkat tertinggi dalam sekitar 40 tahun. Dalam periode tiga tahun, rata-rata kenaikan tahunan CPI adalah 4,3%.
Apa yang mendorong ini? Krisis geopolitik di Eropa Timur membuat pasar energi melonjak, dengan harga gas menjadi penyebab utama inflasi. Federal Reserve telah mulai menaikkan suku bunga acuannya dan memberi sinyal bahwa kenaikan lebih lanjut akan datang untuk melawan kenaikan harga. Pesannya jelas: inflasi nyata, terus-menerus, dan menjadi perhatian utama bagi pembuat kebijakan.
Ketenagakerjaan: Masih Kuat, tetapi Rentan
Gambaran ketenagakerjaan menyajikan narasi yang sangat berbeda—setidaknya untuk saat ini. Tingkat pengangguran, yang turun dari puncak pandemi mendekati 15% awal 2020, telah stabil di bawah 4% pada bulan Februari. Beberapa analis bahkan menyarankan bahwa ekonomi telah mencapai hampir penuh lapangan kerja, di mana sebagian besar pekerja yang mau bekerja sudah bekerja.
Namun, ketenangan ini jangan sampai membuat kita lengah. Ekonom terkemuka telah memperingatkan bahwa pengangguran rata-rata bisa melampaui 5% dalam beberapa tahun mendatang seiring memburuknya angin ekonomi. Pertumbuhan upah telah meningkat selama 12 bulan terakhir, meskipun kenaikan tersebut belum sejalan dengan inflasi—sebuah kekhawatiran nyata terhadap daya beli. Risiko tetap ada bahwa kekuatan pasar tenaga kerja bisa memburuk lebih cepat dari yang diperkirakan.
Pertumbuhan Ekonomi: Melambat di Bawah Tekanan
Leg ketiga dari bangku stagflasi adalah pertumbuhan ekonomi itu sendiri, yang paling baik diukur dari ekspansi PDB. Secara historis, ekonomi AS jarang mempertahankan pertumbuhan di atas 3% per tahun (apa pun di atas 3% dianggap sehat). Pandemi memberikan pukulan keras—kontraksi sebesar 3,4% pada 2020—diikuti oleh rebound tahunan yang kuat sebesar 5,7% pada 2021.
Namun, momentum mulai memudar. Perkiraan pertumbuhan untuk tahun ini telah dipangkas berulang kali, dengan Federal Reserve sekarang memproyeksikan ekspansi di bawah 3%. Meskipun ini bukan bencana mengingat rata-rata pertumbuhan AS selama 22 tahun terakhir hanya 1,8%, ini menandakan ekonomi yang kehilangan tenaga di saat yang salah.
Putusan Stagflasi: Belum, Tapi Risikonya Nyata
Gabungkan ketiga poin ini dan gambaran menjadi lebih jelas. Saat ini, tingkat pengangguran yang rendah dan pola pertumbuhan yang tidak pasti menunjukkan bahwa ekonomi belum sepenuhnya masuk ke wilayah stagflasi berdasarkan data terbaru. Tapi ini bisa berubah dengan cepat.
Kartu wild-nya adalah apakah Federal Reserve dapat melakukan “soft landing”—menaikkan suku bunga secara agresif cukup untuk menahan inflasi tanpa memicu resesi. Pengangguran bisa melonjak, perkiraan pertumbuhan bisa semakin melorot, atau inflasi bisa terbukti lebih keras kepala dari yang diperkirakan. Sebaliknya, kondisi ekonomi mungkin akan stabil lebih cepat dari yang diperkirakan para pesimis.
Intinya: ketiga metrik ini adalah jendela Anda untuk mengetahui apakah stagflasi akan menjadi kenyataan atau tetap menjadi ancaman yang tidak pernah benar-benar terwujud. Pantau terus mereka dengan saksama.