Persaingan untuk mengamankan cadangan lithium telah menjadi pusat strategi transisi energi. Seiring adopsi kendaraan listrik yang semakin cepat dan lonjakan permintaan penyimpanan energi, memahami di mana konsentrasi sumber daya lithium dunia sangat penting bagi investor dan pembuat kebijakan. Cadangan lithium global saat ini mencapai 30 juta metrik ton per 2024, menurut data dari US Geological Survey, dengan beberapa negara mengendalikan sebagian besar.
Empat Pilar Pasokan Lithium Global
Chili: Berat Badan Cadangan
Chile mendominasi dengan 9,3 juta metrik ton cadangan lithium—sekitar 31% dari total dunia. Wilayah Salar de Atacama di negara ini saja menyumbang sekitar sepertiga dari semua cadangan global dan menampung apa yang dianggap banyak orang sebagai deposit lithium yang paling “ekonomis untuk diekstraksi” di dunia. Meskipun memegang cadangan terbesar, Chili menempati posisi kedua dalam produksi selama 2024, dengan output 44.000 metrik ton. Kesenjangan antara cadangan dan produksi ini mencerminkan tantangan dalam memperbesar operasi.
Produsen utama SQM dan Albemarle beroperasi secara luas di Salar de Atacama, tetapi lanskap berubah secara dramatis setelah pengumuman Presiden Gabriel Boric pada April 2023 untuk sebagian menasionalisasi industri tersebut. Codelco yang dimiliki negara kini memegang saham pengendali di aset lithium di seluruh wilayah tersebut. Pelelangan pemerintah awal 2025 baru-baru ini melihat tujuh tawaran untuk kontrak lithium di enam dataran garam, menandakan momentum investasi yang diperbarui. Pemenang akan diumumkan pada Maret 2025, yang berpotensi mengubah prospek produksi Chili dalam beberapa tahun mendatang.
Australia: Dari Cadangan Kedua ke Pemimpin Produksi
Cadangan Australia sebanyak 7 juta metrik ton menempatkannya di posisi kedua secara global, namun mencapai volume produksi tertinggi pada 2024. Perbedaannya terletak pada jenis deposit: sementara lithium dari Chili dan Argentina ada dalam bentuk brine, cadangan Australia sebagian besar berupa deposit spodumene keras yang terkonsentrasi di Australia Barat. Tambang Greenbushes, yang dioperasikan melalui joint venture yang melibatkan Tianqi Lithium, IGO, dan Albemarle, telah menjadi tulang punggung produksi Australia sejak 1985.
Tekanan pasar baru-baru ini memaksa produsen Australia untuk meninjau kembali operasi mereka. Harga lithium yang merosot memicu penghentian produksi dan penundaan proyek di beberapa perusahaan. Namun, front baru mulai muncul. Penelitian terbaru yang diterbitkan dalam “Earth System Science Data” yang memetakan distribusi lithium di seluruh tanah Australia mengungkapkan potensi yang belum dimanfaatkan di Queensland, New South Wales, dan Victoria, menunjukkan bahwa produksi di masa depan dapat lebih beragam di luar dominasi Australia Barat.
Argentina: Produsen Baru dengan Keunggulan Biaya
Argentina menguasai 4 juta metrik ton cadangan dan menempati posisi keempat secara global dalam produksi, dengan mengekstraksi 18.000 metrik ton pada 2024. Sebagai bagian dari “Segitiga Lithium”—bersama Chili dan Bolivia—Argentina menyimpan lebih dari setengah total cadangan dunia. Pemerintah secara agresif berinvestasi dalam perluasan kapasitas, mengalokasikan hingga US$4,2 miliar untuk sektor lithium-nya pada 2022, diikuti dengan persetujuan untuk Argosy Minerals memperluas operasi di salar Rincon dari 2.000 MT menjadi 12.000 MT per tahun.
Negara ini mempertahankan keunggulan kompetitif yang signifikan: produksi lithium-nya tetap kompetitif dari segi biaya bahkan saat harga jatuh. Pada akhir 2024, perusahaan tambang besar Rio Tinto mengumumkan rencana untuk menginvestasikan US$2,5 miliar dalam memperluas ekstraksi di salar Rincon, menargetkan peningkatan kapasitas dari 3.000 menjadi 60.000 metrik ton pada 2028. Dengan sekitar 50 proyek pertambangan maju dalam pengembangan, Argentina memposisikan dirinya sebagai pemasok penting.
China: Pusat Pengolahan dengan Klaim Cadangan yang Meningkat
Cadangan resmi China sebanyak 3 juta metrik ton kalah jauh dari signifikansi geopolitiknya. Negara ini memproduksi 41.000 metrik ton setiap tahun (naik 5.300 MT dari tahun ke tahun) dan saat ini mengimpor sebagian besar lithium dari Australia untuk mendukung pembuatan sel baterai dan sektor elektroniknya. Pengaruh sebenarnya China bukan terletak pada cadangan, tetapi pada infrastruktur pengolahan—menghosting sebagian besar fasilitas pengolahan lithium di dunia dan memproduksi sebagian besar baterai lithium-ion global.
Dominasi ini menjadi titik nyala geopolitik pada Oktober 2024 ketika Departemen Luar Negeri AS menuduh China melakukan penetapan harga predator untuk mengeliminasi pesaing non-China. Namun, media China melaporkan awal 2025 bahwa negara tersebut telah menemukan sumber daya lithium yang jauh lebih besar daripada yang sebelumnya diungkapkan. Perkiraan resmi kini menyatakan China menyumbang 16,5% dari sumber daya lithium global (naik dari 6%), termasuk sabuk lithium yang baru ditemukan sepanjang 2.800 kilometer di wilayah barat dengan cadangan terbukti lebih dari 6,5 juta ton dan sumber daya potensial melebihi 30 juta ton. Klaim ini, jika diverifikasi, akan secara fundamental mengubah perhitungan pasokan global.
Posisi Strategis Kanada dalam Pasokan Amerika Utara
Meskipun tidak termasuk dalam empat besar secara global, Kanada memiliki cadangan lithium sebanyak 1,2 juta metrik ton, menempatkannya sebagai alternatif utama Amerika Utara terhadap ketergantungan pada rantai pasokan internasional. Bagi investor dan pembuat kebijakan, cadangan Kanada mewakili diversifikasi pasokan yang penting, terutama saat ketegangan geopolitik antara AS dan China semakin meningkat dalam persaingan sumber daya logam baterai.
Gambaran Global yang Lebih Luas
Di luar empat besar utama, negara lain mempertahankan posisi signifikan: Amerika Serikat (1,8 juta MT), Brasil (390.000 MT), Zimbabwe (480.000 MT), dan Portugal (60.000 MT—paling besar di Eropa). Portugal memproduksi 380 metrik ton pada 2024, menunjukkan bahwa bahkan pemegang cadangan yang lebih kecil pun dapat mengembangkan kapasitas produksi yang berarti.
Dinamika Pasar yang Mengubah Industri
Analis industri memproyeksikan bahwa permintaan untuk baterai lithium-ion akan meningkat secara dramatis hingga 2025, dengan permintaan lithium terkait EV dan sistem penyimpanan energi diperkirakan meningkat lebih dari 30% dari tahun ke tahun. Trajektori ini berarti cadangan saja tidak menentukan pengaruh pasar—kapasitas produksi, kemampuan pengolahan, stabilitas geopolitik, dan iklim investasi semuanya membentuk hasil.
Seiring negara bersaing untuk memperluas produksi dan mengamankan rantai pasokan, negara dengan cadangan tinggi bertransisi dari pemilik sumber daya menjadi produsen strategis. Tahap berikutnya akan menentukan bukan hanya siapa yang memiliki lithium terbanyak, tetapi siapa yang dapat mengirimkannya paling andal kepada produsen baterai global dan produsen kendaraan listrik.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Memetakan Rantai Pasokan Lithium Global: Di Mana Konsentrasi Logam Baterai Dunia Terletak
Persaingan untuk mengamankan cadangan lithium telah menjadi pusat strategi transisi energi. Seiring adopsi kendaraan listrik yang semakin cepat dan lonjakan permintaan penyimpanan energi, memahami di mana konsentrasi sumber daya lithium dunia sangat penting bagi investor dan pembuat kebijakan. Cadangan lithium global saat ini mencapai 30 juta metrik ton per 2024, menurut data dari US Geological Survey, dengan beberapa negara mengendalikan sebagian besar.
Empat Pilar Pasokan Lithium Global
Chili: Berat Badan Cadangan
Chile mendominasi dengan 9,3 juta metrik ton cadangan lithium—sekitar 31% dari total dunia. Wilayah Salar de Atacama di negara ini saja menyumbang sekitar sepertiga dari semua cadangan global dan menampung apa yang dianggap banyak orang sebagai deposit lithium yang paling “ekonomis untuk diekstraksi” di dunia. Meskipun memegang cadangan terbesar, Chili menempati posisi kedua dalam produksi selama 2024, dengan output 44.000 metrik ton. Kesenjangan antara cadangan dan produksi ini mencerminkan tantangan dalam memperbesar operasi.
Produsen utama SQM dan Albemarle beroperasi secara luas di Salar de Atacama, tetapi lanskap berubah secara dramatis setelah pengumuman Presiden Gabriel Boric pada April 2023 untuk sebagian menasionalisasi industri tersebut. Codelco yang dimiliki negara kini memegang saham pengendali di aset lithium di seluruh wilayah tersebut. Pelelangan pemerintah awal 2025 baru-baru ini melihat tujuh tawaran untuk kontrak lithium di enam dataran garam, menandakan momentum investasi yang diperbarui. Pemenang akan diumumkan pada Maret 2025, yang berpotensi mengubah prospek produksi Chili dalam beberapa tahun mendatang.
Australia: Dari Cadangan Kedua ke Pemimpin Produksi
Cadangan Australia sebanyak 7 juta metrik ton menempatkannya di posisi kedua secara global, namun mencapai volume produksi tertinggi pada 2024. Perbedaannya terletak pada jenis deposit: sementara lithium dari Chili dan Argentina ada dalam bentuk brine, cadangan Australia sebagian besar berupa deposit spodumene keras yang terkonsentrasi di Australia Barat. Tambang Greenbushes, yang dioperasikan melalui joint venture yang melibatkan Tianqi Lithium, IGO, dan Albemarle, telah menjadi tulang punggung produksi Australia sejak 1985.
Tekanan pasar baru-baru ini memaksa produsen Australia untuk meninjau kembali operasi mereka. Harga lithium yang merosot memicu penghentian produksi dan penundaan proyek di beberapa perusahaan. Namun, front baru mulai muncul. Penelitian terbaru yang diterbitkan dalam “Earth System Science Data” yang memetakan distribusi lithium di seluruh tanah Australia mengungkapkan potensi yang belum dimanfaatkan di Queensland, New South Wales, dan Victoria, menunjukkan bahwa produksi di masa depan dapat lebih beragam di luar dominasi Australia Barat.
Argentina: Produsen Baru dengan Keunggulan Biaya
Argentina menguasai 4 juta metrik ton cadangan dan menempati posisi keempat secara global dalam produksi, dengan mengekstraksi 18.000 metrik ton pada 2024. Sebagai bagian dari “Segitiga Lithium”—bersama Chili dan Bolivia—Argentina menyimpan lebih dari setengah total cadangan dunia. Pemerintah secara agresif berinvestasi dalam perluasan kapasitas, mengalokasikan hingga US$4,2 miliar untuk sektor lithium-nya pada 2022, diikuti dengan persetujuan untuk Argosy Minerals memperluas operasi di salar Rincon dari 2.000 MT menjadi 12.000 MT per tahun.
Negara ini mempertahankan keunggulan kompetitif yang signifikan: produksi lithium-nya tetap kompetitif dari segi biaya bahkan saat harga jatuh. Pada akhir 2024, perusahaan tambang besar Rio Tinto mengumumkan rencana untuk menginvestasikan US$2,5 miliar dalam memperluas ekstraksi di salar Rincon, menargetkan peningkatan kapasitas dari 3.000 menjadi 60.000 metrik ton pada 2028. Dengan sekitar 50 proyek pertambangan maju dalam pengembangan, Argentina memposisikan dirinya sebagai pemasok penting.
China: Pusat Pengolahan dengan Klaim Cadangan yang Meningkat
Cadangan resmi China sebanyak 3 juta metrik ton kalah jauh dari signifikansi geopolitiknya. Negara ini memproduksi 41.000 metrik ton setiap tahun (naik 5.300 MT dari tahun ke tahun) dan saat ini mengimpor sebagian besar lithium dari Australia untuk mendukung pembuatan sel baterai dan sektor elektroniknya. Pengaruh sebenarnya China bukan terletak pada cadangan, tetapi pada infrastruktur pengolahan—menghosting sebagian besar fasilitas pengolahan lithium di dunia dan memproduksi sebagian besar baterai lithium-ion global.
Dominasi ini menjadi titik nyala geopolitik pada Oktober 2024 ketika Departemen Luar Negeri AS menuduh China melakukan penetapan harga predator untuk mengeliminasi pesaing non-China. Namun, media China melaporkan awal 2025 bahwa negara tersebut telah menemukan sumber daya lithium yang jauh lebih besar daripada yang sebelumnya diungkapkan. Perkiraan resmi kini menyatakan China menyumbang 16,5% dari sumber daya lithium global (naik dari 6%), termasuk sabuk lithium yang baru ditemukan sepanjang 2.800 kilometer di wilayah barat dengan cadangan terbukti lebih dari 6,5 juta ton dan sumber daya potensial melebihi 30 juta ton. Klaim ini, jika diverifikasi, akan secara fundamental mengubah perhitungan pasokan global.
Posisi Strategis Kanada dalam Pasokan Amerika Utara
Meskipun tidak termasuk dalam empat besar secara global, Kanada memiliki cadangan lithium sebanyak 1,2 juta metrik ton, menempatkannya sebagai alternatif utama Amerika Utara terhadap ketergantungan pada rantai pasokan internasional. Bagi investor dan pembuat kebijakan, cadangan Kanada mewakili diversifikasi pasokan yang penting, terutama saat ketegangan geopolitik antara AS dan China semakin meningkat dalam persaingan sumber daya logam baterai.
Gambaran Global yang Lebih Luas
Di luar empat besar utama, negara lain mempertahankan posisi signifikan: Amerika Serikat (1,8 juta MT), Brasil (390.000 MT), Zimbabwe (480.000 MT), dan Portugal (60.000 MT—paling besar di Eropa). Portugal memproduksi 380 metrik ton pada 2024, menunjukkan bahwa bahkan pemegang cadangan yang lebih kecil pun dapat mengembangkan kapasitas produksi yang berarti.
Dinamika Pasar yang Mengubah Industri
Analis industri memproyeksikan bahwa permintaan untuk baterai lithium-ion akan meningkat secara dramatis hingga 2025, dengan permintaan lithium terkait EV dan sistem penyimpanan energi diperkirakan meningkat lebih dari 30% dari tahun ke tahun. Trajektori ini berarti cadangan saja tidak menentukan pengaruh pasar—kapasitas produksi, kemampuan pengolahan, stabilitas geopolitik, dan iklim investasi semuanya membentuk hasil.
Seiring negara bersaing untuk memperluas produksi dan mengamankan rantai pasokan, negara dengan cadangan tinggi bertransisi dari pemilik sumber daya menjadi produsen strategis. Tahap berikutnya akan menentukan bukan hanya siapa yang memiliki lithium terbanyak, tetapi siapa yang dapat mengirimkannya paling andal kepada produsen baterai global dan produsen kendaraan listrik.