Menurut teori siklus Kondratiev, pada tahun 2020 kita telah memasuki tahap depresi dari siklus kelima. Meninjau kembali empat siklus sebelumnya: masa pemulihan(1982-1991), masa kejayaan(1992-2008), masa resesi(2009-2019), dan saat ini siklus depresi diperkirakan akan berakhir sekitar tahun 2030—meskipun ada juga penelitian yang berpendapat akan diperpanjang hingga 2034, atau berakhir lebih awal pada 2026.

Namun yang lebih penting adalah, masa depresi itu sendiri terbagi menjadi dua tahap guncangan. Gelombang pertama(2020-2022) terutama mempengaruhi bidang komoditas besar, yang sudah dialami semua orang. Sekarang yang harus diwaspadai adalah gelombang kedua(2025-2027), yang akan langsung menargetkan aset keuangan, terutama aset dolar—pasar saham dan pasar properti AS.

Tahun 2025 sudah berlalu, tetapi ujian sebenarnya terhadap pasar saham AS belum sepenuhnya datang. Terutama saham konsep AI, seluruh ekosistemnya sudah membesar hingga tingkat yang mengkhawatirkan. Melihat raksasa FAANG saja sudah tahu seberapa besar gelembung valuasi mereka. Sumber masalahnya mengarah ke dua perusahaan: OpenAI dan NVIDIA.

Yang lebih mencolok adalah siklus pendanaan yang terbentuk dari mereka: NVIDIA menginvestasikan 1000 miliar dolar ke OpenAI, sementara AMD mentransfer 10-20% saham OpenAI. Kemudian OpenAI membeli chip dari NVIDIA dan AMD, atau menyewa layanan cloud dari Oracle. Oracle pun terus membeli hardware dari AMD dan NVIDIA—sebuah siklus modal yang memperkuat diri sendiri ini sedang berjalan dengan gila-gilaan, setiap putaran meningkatkan valuasi perusahaan-perusahaan ini, tetapi keberlanjutan pola ini patut dipertanyakan.