Tahun ini, proyek Starship SpaceX bisa dibilang sangat sibuk. Pada bulan Agustus, uji coba penerbangan ke-10 berhasil meluncurkan satelit dan memverifikasi teknologi kunci operasi orbit; hingga Desember, generasi baru booster super berat selesai dirakit dalam 27 hari, meningkatkan efisiensi hingga 6 kali lipat dibandingkan sebelumnya. Elon Musk sendiri memimpin di basis dan menyebut kemajuan ini sebagai "langkah penting menuju Mars", sekaligus membangun fondasi untuk rencana pendaratan bulan NASA pada 2027.

Di balik terobosan teknologi, terdapat ambisi bisnis yang lebih besar. SpaceX mendorong rencana go public terbesar dalam sejarah—dengan valuasi sebesar 1,5 triliun dolar AS dan pendanaan lebih dari 30 miliar dolar AS. Angka ini didukung oleh kinerja nyata: pengguna Starlink telah melampaui 8 juta, dan pendapatan tahun ini diperkirakan mencapai 15 miliar dolar AS; biaya roket yang dapat digunakan kembali telah turun menjadi 1/15 dari roket tradisional, dan saat ini menguasai 58% pasar peluncuran komersial global. Menurut rencana, dana ini akan digunakan untuk membangun "Pusat Data Antariksa", memindahkan kekuatan AI ke orbit, dan jika langkah ini berhasil, pola kekuatan komputasi di bumi akan mengalami perubahan besar.

Untuk berinvestasi dalam masa depan ini, Musk sendiri mengurangi saham Tesla dan menangguhkan proyek lain, semua fokus diarahkan ke SpaceX. Tujuannya sangat jelas: membangun basis di Mars sebelum tahun 2030. Dari sudut pandang ini, setiap peluncuran dan pendanaan bukan sekadar langkah bisnis, tetapi juga sebagai jalan untuk membuka jalan menuju peradaban multiplanet.

Dibandingkan kebanyakan orang yang masih berkutat dengan fluktuasi harga di Bumi, pengusaha teknologi ini sudah menempatkan papan permainannya di antara bintang. Singkatnya, ini bukan sekadar petualangan bisnis, melainkan taruhan besar terhadap arah masa depan umat manusia.