Industri saham Indonesia menunjukkan kinerja yang kuat tahun ini, Indeks Komposit Jakarta meningkat sekitar 22% secara kumulatif, berpotensi mencatat hasil tahunan terbaik sejak 2014. Namun, tokoh utama yang mendorong gelombang pasar ini, secara mengejutkan, bukanlah asing.
Faktor pertumbuhan utama berasal dari pasar lokal — investor ritel domestik semakin cepat masuk. Di tengah kebijakan bank sentral yang terus menurunkan suku bunga, investor lokal Indonesia secara signifikan meningkatkan partisipasi mereka, terutama terhadap saham-saham dengan volatilitas yang lebih besar dan risiko yang lebih tinggi. Kekuatan pembelian mereka begitu besar, sehingga sepenuhnya mengimbangi dampak dari keluar masuknya modal asing yang terus berlangsung.
Lalu, mengapa modal asing mundur? Logikanya sebenarnya cukup sederhana: pertumbuhan ekonomi melambat, pengeluaran pemerintah meningkat terlalu cepat, dan keberlanjutan fiskal jangka menengah hingga panjang menghadapi tekanan. Menurut logika umum, faktor-faktor ini seharusnya menekan pasar saham. Tapi kenyataannya, indeks tetap melaju dengan kencang.
Ini mencerminkan sebuah perubahan menarik — ketika tren kenaikan disertai dengan keluarnya modal asing, yang benar-benar berubah seringkali bukanlah fundamental itu sendiri, melainkan hak penetapan harga. Kini di pasar Indonesia, dana lokal sedang mengambil alih kendali tersebut.
Akankah tren kenaikan ini berlanjut, kuncinya bukan pada kapan modal asing kembali, tetapi seberapa lama investor ritel domestik mampu menahan risiko mereka.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
11 Suka
Hadiah
11
4
Posting ulang
Bagikan
Komentar
0/400
rugpull_survivor
· 2jam yang lalu
Investor ritel lokal Indonesia benar-benar tidak mampu lagi, modal asing kabur meninggalkan petani bawang yang masih bersenang-senang, pergeseran hak penetapan harga ini akan segera berbalik arah dan mengalami kegagalan
Lihat AsliBalas0
BearMarketSurvivor
· 2jam yang lalu
Investor ritel mengambil alih, dana asing mundur, inilah kenyataan di balik pergeseran kekuasaan penetapan harga. Hati-hati jangan sampai menjadi orang terakhir yang mengambil alih.
Lihat AsliBalas0
MevHunter
· 2jam yang lalu
Trik klasik para investor ritel, saat bank sentral melonggarkan kebijakan mereka berani melakukan all-in, tunggu saja untuk dipotong keuntungan mereka
Lihat AsliBalas0
BearMarketBuyer
· 2jam yang lalu
Investor ritel sedang membeli dengan gila-gilaan, rasanya ini agak berbahaya
Industri saham Indonesia menunjukkan kinerja yang kuat tahun ini, Indeks Komposit Jakarta meningkat sekitar 22% secara kumulatif, berpotensi mencatat hasil tahunan terbaik sejak 2014. Namun, tokoh utama yang mendorong gelombang pasar ini, secara mengejutkan, bukanlah asing.
Faktor pertumbuhan utama berasal dari pasar lokal — investor ritel domestik semakin cepat masuk. Di tengah kebijakan bank sentral yang terus menurunkan suku bunga, investor lokal Indonesia secara signifikan meningkatkan partisipasi mereka, terutama terhadap saham-saham dengan volatilitas yang lebih besar dan risiko yang lebih tinggi. Kekuatan pembelian mereka begitu besar, sehingga sepenuhnya mengimbangi dampak dari keluar masuknya modal asing yang terus berlangsung.
Lalu, mengapa modal asing mundur? Logikanya sebenarnya cukup sederhana: pertumbuhan ekonomi melambat, pengeluaran pemerintah meningkat terlalu cepat, dan keberlanjutan fiskal jangka menengah hingga panjang menghadapi tekanan. Menurut logika umum, faktor-faktor ini seharusnya menekan pasar saham. Tapi kenyataannya, indeks tetap melaju dengan kencang.
Ini mencerminkan sebuah perubahan menarik — ketika tren kenaikan disertai dengan keluarnya modal asing, yang benar-benar berubah seringkali bukanlah fundamental itu sendiri, melainkan hak penetapan harga. Kini di pasar Indonesia, dana lokal sedang mengambil alih kendali tersebut.
Akankah tren kenaikan ini berlanjut, kuncinya bukan pada kapan modal asing kembali, tetapi seberapa lama investor ritel domestik mampu menahan risiko mereka.